“Orang-orang kahayya boleh saja tinggal di kampung, asal jangan berpikiran kampungan. Begitu pula bapak-bapaknya boleh saja pakai sarung, tapi anaknya harus sarjana.” — Djunaidi Abdillah (Asisten Administrasi Pembangunan Pemkab Bulukumba)
Suara anak-anak yang hendak
ke sekolah membangunkanku pagi ini. Suhu dingin khas pegunungan mengajakku mendekap
selimut selepas shalat subuh tadi. Asap mengepul dari arah dapur beriringan
dengan aroma kopi robusta menjadi penghangat alami bagi penghuni rumah.
“minum ki’ de’.” Ajakan
menikmati segelas kopi khas kahayya dari sang pemilik rumah.
Tidak membutuhkan waktu
lama untuk kami menghabiskan segelas kopi hangat tersebut. Rasa pahit kopi
pekat dengan manisnya gula aren setidaknya menjadi kombinasi penyemangat pagi
yang mantap.
***
Desa kahayya dan kopi
adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Dimana, asal usul dari penamaan
kahayya berasal dari bahasa lokal (Makassar konjo) kata kaha yang berarti kopi dan –yya
yang menunjukkan tempat. Sehingga kita dapat mengartikan Kahayya sebagai tempat
dimana kopi bisa ditemukan dengan mudah. Benar saja, Kopi merupakan komoditi
andalan dari Desa Kahayya dengan jumlah penduduk sekitar 133 Kepala keluarga
yang sebagian besar berprofesi sebagai petani. Sedangkan luas wilayah Desa Kahayya
sendiri sekitar 1.468 hektar.
eksklusif, itulah sedikit
gambaran tentang kahayya masa lalu. Stigma yang melekat pada masyarakat kahayya
sebagai orang-orang gunung, kini dapat
dipatahkan dan dijembatani oleh mereka yang pada tulisan ini akan disebut
sebagai cahaya. Iya, cahaya yang menerangi dalam kegelapan stigma.
Berikut cahaya-cahaya dari
negeri kahayya,
Pak Abdul Rahman (Kepala Desa Kahayya)
![]() |
Foto bersama pak abdul rahman |
“saya mengajak masyarakat untuk giat menanam kopi di
kebunnya, soalnya pemahaman mereka masih rendah tentang pentingnya menanam
pohon. Nah, saat mereka hendak menanam kopi, mereka pasti akan menanam pohon pelindung
kopi lebih dahulu.”—Abdul rahman
Pak abdul rahman, Salah seorang
tokoh yang memperjuangkan terbentuknya desa Kahayya dari desa induk kindang. Saat
bertemu, Beliau berkisah tentang kahayya masa lalu. Kahayya terbentuk menjadi
sebuah desa tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.
Zaman dulu, kahayya
hanyalah sebuah dusun yang jauh dikarenakan kondisi geografisnya. Jalan setapak
dan jembatan bambu adalah fasilitas sederhana yang paling sering dijumpai saat
ke kahayya. Perjuangan bertahun-tahun akhirnya pada tanggal 27 Desember 2011
desa Kahayya resmi menjadi sebuah desa, dan pada tahun 2012 dilaksanakan
pemilihan kepala desa di Kahayya.
Ajakan beliau untuk
mensosialisasikan pentingnya menjaga hutan, telah termuat pada quotes diatas. Beliau menambahkan bahwa
sebenarnya ada banyak program-program yang ada dikepalanya untuk kemajuan
Kahayya, diantaranya penganggaran air di perkebunan dan pembangunan gedung
perpustakaan hutan yang berisi tentang pengetahuan umum jenis-jenis kayu dan
tumbuhan yang ada di hutan.
Sungguh mulia rencana
beliau kedepannya, semoga bisa terealisasi dan kita akan bertemu dengan desa
Kahayya yang semakin keren.
Pak Marsan
![]() |
foto bersama pak marsan |
“Kami berinovasi dengan apa yang kami lihat di internet,
PLTMH dan beragam produk hasil pertanian kami dapat dari sana.” – Pak Marsan
Tokoh yang satu ini adalah
seorang ketua pemuda dan kelompok tani yang visioner. Pertemuan kami dengan beliau
saat mengunjungi Tanjung Donggia. Tanjung Donggia adalah salah satu spot yang tidak boleh terlewat saat ke Kahayya.
Hijaunya gunung dengan garis putih aliran sungai adalah pemandangan yang sangat
eksotis.
Beliau berkisah bahwa
sebelum tahun 2015, mereka memasarkan kopi hasil perkebunan mereka dalam bentuk
gelondongan ke Malakaji, kemudian dari Malakaji diantar ke Makassar ataupun ke
Toraja. Namun, selepas tahun 2015 hingga kini mereka sudah bisa memotong tali
distribusinya dari petani tanpa melalui pedagang pengumpul dan pengusaha lagi. Mereka
bisa memasarkannya langsung kepada konsumen, bahkan bisa melalui pesan online
ke kahayya.com
Pembangkit listrik tenaga
mikro hidro, adalah inovasi dalam penyediaan aliran listrik berskala
masyarakat. Pada awalnya kami berpikiran bahwa aliran listrik yang masuk ke
desa ini adalah bersumber dari PLN, ternyata dugaan kami salah. Listrik yang
ada di desa ini bersumber dari tenaga turbin yang digerakkan oleh air. Lain lagi
dengan inovasi kripik kacang buncis dan teh kopinya. Sangat khas dan tentunya
bisa di dapatkan ketika berkunjung ke Kahayya.
Sulawesi Community Foundation (SCF)
“Kahayya, titisan kayangan yang jatuh ke bumi. Begitulah
perumpamaan tanah yang indah dengan sumber daya alam yang memadai.”
Pilar masyarakat adat
adalah salah satu dari lima pilar program peduli. Sulawesi community Foundation
(SCF) adalah sebuah lembaga yang turut serta menjadi jembatan inklusi sosial. Meningkatkan
awareness masyarakat dan membuka
akses adalah salah satu tujuan dari program inklusi sosial ini.
SCF pada dasarnya telah membantu
petani dari mengetahui bibit yang baik, pelatihan panen, pasca panen, hingga
pemasaran hasil pertanian. Mempromosikan potensi desa kahayya hingga advokasi
terkait HKM (pemanfaatan kawasan hutan hingga 35 tahun).
***
EKOLOGI VS EKONOMI
Beberapa tahun belakangan
seringkali terdengar terkait dimana ekonomi meningkat maka ekologi bisa
menurun. Begitu pula sebaliknya, ekologi meningkat makan ekonomi yang menurun. Nah, kali ini pernyataan itu bisa
dipatahkan oleh desa Kahayya. Dimana program-program pembangunan akan tetap
berbasis kepada lingkungan. Tahun 2018 nantinya sejumlah SKPD pemerintah
kabupaten bulukumba akan bersinergi untuk meningkatkan akses dan fasilitas
hingga terciptanya produk ekowisata yang bisa meningkatkan taraf hidup
masyarakat di desa kahayya.
***
Demikianlah kisah
cahaya-cahaya dari negeri kahayya. Setidaknya setelah menulis ini rasa rindu
akan semakin meningkat. Ayo, atur waktu ke kahayya yuk!
Ayuuk ke kahayya lagi,suasananya ngangeni sekali
ReplyDelete