“Hanya ada 2 jenis anak muda di dunia, Mereka yang menuntut perubahan, Mereka yang menciptakan perubahan, Silakan pilih perjuanganmu.”
― Pandji Pragiwaksono, NASIONAL.IS.ME
Suara alarm handphone berbunyi dengan nyaringnya pagi ini. Di tanggal 1 januari 2016, waktu dimana Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) mulai digulirkan. Ini bukanlah sebuah pertandingan olahraga, akan ada yang menonjol dan keluar sebagai pemenang. Namun intinya adalah bagaimana memaknai MEA sebagai sebuah momentum untuk lebih mencintai Indonesia secara menyeluruh.
Nasionalisme akan tumbuh secara natural saat kita
merasa terancam dan terlecehkan oleh Negara lain. Beberapa waktu yang lalu saat
ada rumor yang menyebar tentang klaim Negara lain pada budaya kita hampir
seluruh masyarakat menentang dan merasa terancam akan hal itu. Begitu pula saat
hasil laut kita di bajak oleh nelayan Negara lain, kita merasa bahwa hak kita
telah diambil oleh mereka. Lalu apakah kita hanya akan terus merasa terancam dan
mengatakan hak kita telah direbut oleh Negara lain? Mungkin ini saatnya kita
melakukan aksi nyata untuk Indonesia tercinta.
Aksi nyata tidak menuntut kita untuk melakukan
sesuatu yang sulit untuk dilakukan. Aksi nyata adalah melakukan sesuatu yang
mudah dan sesuai dengan kapasitas kita. Hal sederhana adalah dengan merasa
bangga pada produk dalam negeri, itu saja. Saat nongkrong sama teman-teman
merasa bahagia saat duduk di sofa café atau bangku kedai kopi lokal. Sebenarnya
hanya sesederhana itu. Mudah bukan?
***
Terdengar suara alarm itu semakin nyaring saja, kedengarannya ngotot memaksa aku untuk
terbangun dan memulai hari-hariku di tahun baru ini. “Assalamualaikum MEA,” itu
kata pertama yang keluar dari mulutku di tahun baru ini. Iya, aku tidak
menyaksikan pesta kembang api semalam karena memilih untuk tidur lebih awal.
MEA menjadi momok yang sangat menakutkan untuk
sebagian besar masyarakat Indonesia. Ketakutannya beralasan bahwa lapangan
pekerjaan kita akan dirampas oleh mereka warga Negara asing yang datang dari
luar negeri. Padahal sebenarnya itu bisa diatasi dengan peningkatan kapasitas
kita sebagai bangsa Indonesia bukan?
***
Bergegaslah aku dari tempat tidur dan bersiap-siap
ke bandara. Kedua orang tuaku baru saja pulang dari Singapura dan meminta aku
untuk menjemput mereka dipagi ini. Sebenarnya aku masih mau menikmati liburan
di awal tahun sambil bermalas-malasan dirumah, tapi yah kewajiban seorang anak.
Selain karena masih numpang hidup di rumah orang tua juga harus melayani
keduanya sembari berbakti.
Pagi itu bandara terasa lengang tidak sesibuk
hari-hari biasanya, mungkin karena masih banyak yang menikmati hari libur.
Kedua orang tuaku bukan pergi tahun baruan ke Negara singa itu, namun melakukan
medical ceck up, kontrol kesehatan
secara berkala. Aku juga sering merasa bingung sama mereka, jauh-jauh ke
Singapura hanya untuk periksa kolesterol, gula darah, tekanan darah, asam urat,
dan lainnya. Bukannya di klinik dan
puskesmas juga bisa.
Jawaban dari mereka sangat sederhana, katanya
kualitas Dokter dan teknologinya yang lebih maju di Negara singa itu. Padahal
sebenarnya, mungkin saja Dokter-dokter yang dari Indonesia juga yang mereka
temui disana. Oke, ini perkara mutu dan kualitas. Jadi untuk menjadi tuan rumah
di Negara sendiri , perihal mutu dan kualitas kita harus lebih baik dari Negara lainnya.
***
Tidak butuh waktu lama aku menunggu mereka di
terminal kedatangan, karena memang tadi berangkatnya agak telat dari rumah.
Seperti biasanya mama datang dengan memborong barang-barang branded katanya, barangnya limited edition dan hanya beberapa
barang sejenis ada di dunia ini. Padahal di Bandung, Cibaduyut juga banyak
barang-barang limited edition dan
kualitasnya oke. Iya ini hanya persoalan gengsi saja. Coba saja produk
Indonesia memiliki gengsi, kan bisa menjadi tuan rumah di Negara sendiri.
Lalu bagaimana menjadikan Indonesia sebagai pemenang
MEA?
Jawabannya adalah jadilah konsumen cerdas.
Semua barang tadi sudah aman di bagasi mobil, Mama
duduk di belakang sedangkan Papa duduk di samping aku di depan sebagai supir.
“Gimana hasil pemeriksaan kesehatannya pa, ma? Baik
kan?” Tanya aku
“iya, Alhamdulillah seperti yang kemarin-kemarin
masih soal kolesterol papa dan tekanan darahnya mama yang tinggi.” Jawab papa
“gimana shoppingnya
ma?” goda aku
“wuiss. Jangan ditanya, semua barang-barang branded itu diskon di akhir tahun loh.
Mama senang bisa shopping akhir
tahun.” Jawab mama dengan gregetan
“Mama dan Papa tahu gak, kalau tahun ini sudah masuk
era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), artinya pintu-pintu ekonomi lintas negara
di Asean dibuka selebar-lebarnya. Orang asing akan datang bekerja ke Indonesia
dengan mudahnya untuk bekerja. Barang branded
mama dengan mudahnya didapatkan di pasaran nantinya, itu akan bersaing
dengan barang-barang dalam negeri. Kalau misalnya mama dan teman-teman mama
memilih barang branded dan tidak mau
membeli produk dalam negeri yang berkualitas itu. Bisa saja perusahaan dalam
negeri akan gulung tikar dan dibeli oleh perusahaan-perusahaan asing. Bisa saja
nantinya Indonesia dipenuhi produk-produk asing kalau kita tidak menggunakan
produk kita sendiri. Jelas aku.
“Dokter-dokter pun begitu, mereka bisa masuk di
Indonesia dengan mudah dan mungkin bekerja di beberapa klinik atau rumah sakit.
Itu artinya memudahkan mama dan papa untuk melakukan pengecekan kesehatan. Tapi
papa dan mama pernah berpikir tidak bagaimana nasib dokter-dokter Indonesia
nantinya kalau orang-orang seperti mama dan papa tidak percaya pada kualitas
mereka? Yah, bisa saja mereka akan tergusur oleh dokter asing itu.” tambahku.
Keduanya terheran-heran sambil tersenyum memandang
aku,
“Anakku sudah besar, dan semakin cerdas saja. Kok,
mama merasa bersalah yah sama dokter-dokter di Indonesia dan barang-barang
buatan tangan Indonesia. Tapi setidaknya kita bisa mendapatkan kualitas yang mampu bersaing dengan luar negeri.” Jawab mama.
“Bagaimana bisa tahu kualitasnya, kalau mama tidak
pernah mencoba barangnya, coba aja dulu, pasti jatuh cinta dengan produk dalam
negeri loh.” Kata aku menutup perbincangan di mobil.
Itulah alasan mengapa aku tidak mau dituntut untuk hanya
menjadi konsumen cerdas. Sangat susah mengajak mereka yang sudah terlanjur
menganggap remeh produk dalam negeri. Tapi coba angkat nasionalisme semuanya
akan bergerak. Itu karena gengsi, Iya gengsi nasionalisme lebih menarik
perhatian orang lebih besar. Dimana mereka akan melakukan apa saja untuk
Indonesia termasuk menjadi konsumen cerdas itu tadi.
![]() |
Doc. Pribadi |
A. Menegakkan
hak dan kewajiban sebagai konsumen, kita seyogyanya sadar dan tahu akan hak dan
kewajiban kita sebagai konsumen
![]() |
Sumber: tribun jabar |
Hak-Hak Konsumen:
1. Mendapatkan kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan/atau jasa.
2. Memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan
barang dan/atau jasa sesuai nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang
dijanjikan.
3. Memperoleh informasi yang benar, jelas dan jujur
mengenai kondisi dan jaminan barnag dan/atau jasa.
4. Didengar pendapat dan keluhannya atas barang
dan/atau jasa yang digunakan.
5. Mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya
penyelesaian sengketa secara patut.
6. Mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen.
7. Diperlakukan dan dilayani secara benar dan jujur
serta tidak diskriminatif.
8. Mendapatkan kompensasi,
ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima
tidak sesuai dengan perjanjian.
Kewajiban Konsumen:
1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan
prosedur pemakaian barang dan/atau jasa.
2. Beritikad baik dalam melakukan transaksi
pembelian barang dan/atau jasa.
3. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang
disepakati.
4. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa
secara patut.
B. Teliti Sebelum Membeli
![]() |
Sumber: Kaskus |
Seringkali kita
melewatkan perihal ini, padahal ini adalah salah satu kunci sebagai konsumen
cerdas. Biasanya pada saat diskon produk, sebagian besar orang akan kalap mata.
Selalu mempunyai kebiasaan untuk teliti atas barang dan/atau jasa yang
ditawarkan/tersedia di pasar, minimal secara kasat mata dapat digunakan untuk
mengetahui keadaan yang sebenarnya dari barang dan/atau jasa tersebut, dan bila
kurang jelas/paham, dapat bertanya atau memperoleh informasi atas barang
dan/atau jasa tersebut. Berdasarkan hal ini, dapat diperoleh gambaran umum atas
barang dan/ atau jasa yang ditawarkan di pasar.
C. Perhatikan
Label dan Manual Garansi Berbahasa Indonesia
![]() |
Sumber: kliknklik |
Informasi dari produk
yang kita beli seharusnya kita tahu lebih dalam lagi, biar merasa tidak tertipu
saat membelinya. Konsumen harus lebih kritis untuk mengetahui kondisi barang
dan/atau jasa, khususnya atas barang makanan, minuman, obat dan kosmetik, dalam
keadaan terbungkus yang disertai label. Dalam label tersebut harus dicantumkan
antara lain komposisi, manfaat, aturan pakai dan masa berlaku. Bila membeli
produk telematika dan elektronika, maka harus dilengkapi dengan petunjuk
penggunaan (manual) dan kartu jaminan garansi purna jual dalam Bahasa
Indonesia.
D. Pastikan
Produk Bertandar SNI
![]() |
Sumeber: BSN |
Pada dasarnya segala
produk yang beredar dan diperjualkan di Indonesia itu memiliki standar
tersendiri. Konsumen harus mulai akrab dengan produk bertanda SNI. Sudah
saatnya konsumen memperhatikan produk yang sudah wajib Standar Nasional
Indonesia (SNI). Produk bertanda SNI lebih memberikan jaminan kepastian atas
kesehatan, kemanan dan keselamatan konsumen, bahkan lingkungannya (K3L).
E. Jangan Abaikan Masa Kadaluarsa Produk
![]() |
Sumber: Silanghati |
Penjual kadang tidak
meperhatikan masalah ini, baik disengaja atau tidak. Untuk itu dibutuhkan Perhatikan
masa kadaluarsa agar berhati-hati terhadap barang yang masuk ke dalam tubuh
atau yang digunakan di luar/atas tubuh karena barang tersebut sangat erat
kaitannya dengan aspek kesehatan, keamanan dan keselamatan (K3L) konsumen.
F.
Beli Sesuai Kebutuhan Bukan Keinginan
![]() |
Doc. Pribadi |
Setidaknya menjadi
keluarga harapan Indonesia adalah bisa mempersiapkan sesuatu yang baik di masa
depan. Budayakan perilaku tidak konsumtif, artinya bukan barang dan/atau jasa
yang menguasai atau mempengaruhi konsumen, tetapi konsumenlah yang menguasai
keinginannya untuk membeli barang dan/atau jasa.
G.
Cintailah Produk Indonesia
![]() |
Sumber: wikipedia |
Mencintai Indonesia adalah
propaganda yang paling mudah dalam mengambil hati setiap orang Indonesia. Karena
itu kita harus tahu Produk buatan Indonesia saat ini sudah tidak kalah dengan
produk impor, bahkan sudah banyak produk Indonesia yang go International. Dengan membeli produk asli Indonesia, ekonomi akan
berputar di dalam negeri sehingga membantu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Indonesia itu sendiri.
Sesampainya di rumah, aku
kembali ke kamar untuk menikmati liburan awal tahun ini. Mendengarkan musik dan
membuat strategi bagaimana cara saya menjadikan Indonesia sebagai pemenang MEA.
Ingat jumlah penduduk terbesar di asia tenggara itu ada di Indonesia, sekitar hampir
40% pangsa pasar MEA ada di Indonesia. Saat kita mampu minimal mempertahankan produk
Negara kita sendiri, percaya saja Indonesia akan menjadi Pemenang MEA.
![]() |
Sumber: ASEAN Selayang Pandang, Dirjen Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri tahun 2012 |
Pemenang MEA adalah
sebuah perumpamaan sederhana dalam mengangkat rasa gengsi Negara. Kembali lagi
ke quotes pembuka artikel diatas bahwa. Kamu hanya punya dua pilihan sebagai
anak muda, pertama kamu menuntut perubahan ataukah kedua kamu menciptakan
perubahan.
Jadi kita bukan hanya
menjadi konsumen cerdas, tapi kita harus memiliki aksi untuk Indonesia tercinta,
menjadikan pemenang MEA.
untuk info lebih lanjut bisa mengunjungi: http://ditjenpktn.kemendag.go.id/
*Sumber Materi:
1. http://www.harkonas.id/
No comments:
Post a Comment