sumber gambar: http://www.transstudioworld.com/peta.html
Cerita ini bukanlah sebuah kisah cinta dari seorang pangeran terhadap
permaisurinya, bukan pula sebuah puisi yang mengisahkan kasih sayang sepasang
manusia yang saling mencintai. akan tetapi kisah perjuangan anak muda, menaiki
bianglala trans studio untuk mengikrarkan janjinya kepada dunia bahwa mereka
adalah pemimpi dan akan menjadi pemimpin masa depan kelak.
Sebenarnya menjadi Anak muda yang
terobsesi dengan mimpi-mimpi yang besar bukanlah hal yang aneh. Hampir semua
anak muda memiliki mimpi yang sama, akan tetapi cara untuk meraih mimpi-mimpi
itu yang berbeda. Sepenggal cerita Trilogi “Negeri Lima Menara” dimana mereka
mengikrarkan diri dibawah menara masjid untuk mengunjungi Menara-menara yang Indah
di belahan dunia lainnya. Dari sanalah akhirnya Saya, Anto, Hasby, dan Milhan
berkeinginan untuk mengikrarkan mimpi-mimpi kami di Bianglala Trans Studio
Makassar. Berikut cerita kami berempat dalam connect dengan mimpi-mimpi yang besar.
Mengurangi Uang Jajan untuk Connect
dengan mimpi besar
Keseharian kami sebagai mahasiswa
tingkat satu di salah satu Universitas Negeri di Makassar saat itu benar-benar
dituntut untuk mampu mandiri dan hidup hemat. Jauh dari orang tua dan hidup
kost-kostan mau tidak mau menuntut kami untuk mengatur hidup agar bisa tetap
bertahan. Keinginan kami untuk berkunjung ke Trans Studio Makassar ThemePark saat itu benar-benar sangat
kuat. Hingga kami mulai mengurangi uang jajan harian kami 1000/hari disisihkan
untuk dikumpulkan kepada salah satu teman saya untuk nantinya ketika tiba
saatnya untuk membeli tiket masuk ke Trans Studio Makassar ThemePark.
Tidak sampai dua bulan bagi kami
untuk menyisihkan uang jajan. Saat itu Trans Studio Makassar ThemePark lagi mengadakan promo bagi
mahasiswa, Dengan rasa bahagia bercampur haru kami akhirnya bisa mengunjungi Trans
Studio Makassar ThemePark.
Bolos Kuliah Untuk Connect Dengan Mimpi Besar
Trans Studio Makassar ThemePark hari itu mengadakan promo pada
saat kami berempat memiliki jadwal kuliah yang padat. Tepatnya hari kamis saat
itu. Tanpa rasa bersalah kami meninggalkan kuliah untuk mimpi besar kami. Pada awalnya
tujuan kami hanyalah untuk mengikrarkan mimpi besar kami di Bianglala yang
bertuliskan Trans Studio itu. Akan tetapi sebagai anak muda yang memiliki jiwa
petualang tidak puas rasanya jika Cuma menikmati Bianglala itu, akhirnya kami
memutuskan untuk mencoba semua arena bermain yang ada di Trans Studio Makassar ThemePark.
Meninggalkan kuliah sebenarnya
telah lari dari tanggung jawab yang dipercayakan Orang Tua kepada kami. Rasa bersalah
itu muncul ketika hendak bermain di Wahana Rolling
Coaster, dimana kami tersadar bahwa kita memang memiliki mimpi, tapi jangan
lari dari tanggung jawab kita.
Bianglala dan Sepotong Roti Cokelat
Rasa laparpun mulai menerpa kami
berempat, walaupun sebenarnya rasa lapar itu tertutupi dengan rasa penasaran
untuk mencoba wahana-wahana lainnya. Akhirnya kami memutuskan untuk membeli
roti rasa cokelat. Roti itu lumayan besar hingga cukup untuk dibagi empat. Dengan
ide dari Anto kami akan memakan roti itu sebagai wujud ikrar kami diatas puncak
bianglala itu. Dengan penuh semangat kami mengikuti antri yang lumayan panjang.
Hingga tiba saatnya kami berempat
naik di Bianglala yang sama. saat tiba pada puncaknya dengan Roti Cokelat itu
kami mulai berikrar untuk “Tidak mengecewakan kedua orang tua kami lagi ; Belajar
keras hingga akhirnya kami dapat berkunjung ke Negara-Negara yang kami impikan
yakni Anto (Negeri Kincir Angin Belanda), Hasby (Negeri Sakura Jepang), Milhan
(Negeri Kanguru Australia), dan Saya (Negeri Dua Benua Turki)”. Sungguh hikmat
kami mengucapkan ikrar tersebut hingga kami tidak memperdulikan orang-orang
disekeliling kami.
Doa dan Ikrar Mimpi Besar Itu Connect di Bianglala Trans Studio Makassar
Kekuatan doa dan usaha yang besar adalah
sebuah ramuan untuk keberhasilan. Belum setahun kami setelah berikrar di Bianglala
Trans Studio itu, teman saya Anto telah mengunjungi negeri kincir angin
Belanda. Dia mengikuti sebuah kegiatan konfrensi anak muda Internasional di
sana. Tidak lama setelah itu Hasby dan Milhan mengikuti PPAN mewakili
provinsinya, masing-masing masih dengan mimpi mereka untuk berkunjung ke Jepang
dan Australia. Saya sampai saat ini belum mendapatkan kesempatan untuk
mengunjungi Turki, akan tetapi mimpi itu masih mengalir dan akan terus
kuperjuangkan. Semoga kelak saya juga bisa mengunjungi Negeri Dua Benua Itu.
Sepenggal cerita kami, mimpi-mimpi
kami, bianglala trans studio, dan sepotong roti cokelat semoga bisa
menginspirasi buat anak muda untuk terus Connect Dengan Mimpi Besar. Begitu pula
kepada Trans Studio Mall dan Trans
Studio Theme Park, terus berinovasi
dan berkarya untuk mewujudkan dan menghubungkan keinginan dan mimpi-mimpi
pengunjung dan masyarakat Indonesia pada umumnya.
No comments:
Post a Comment